Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengajarkan ummatnya untuk memiliki cinta akan Jihad di jalan Allah dan rindu untuk mati syahid.
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوَدِدْتُ أَنِّي أَغْزُو فِي سَبِيلِ اللَّهِ
فَأُقْتَلُ ثُمَّ أَغْزُو فَأُقْتَلُ ثُمَّ أَغْزُو فَأُقْتَلُ
”Demi Dzat yang jiwa Muhammad di dalam
genggamanNya, sesungguhnya aku sangat senang berperang di jalan Allah
hingga aku terbunuh. Kemudian aku berperang lagi hingga aku terbunuh.
Kemudian aku berperang lagi hingga aku terbunuh.” (HR Muslim 3484)

Ini
bukan berarti bahwa Islam menyuruh manusia untuk menjadi haus darah.
Hadits di atas ingin menyampaikan pesan bahwa seorang Muslim yang
benar-benar beriman hendaknya memiliki kesediaan untuk berkorban hingga
puncak pengorbanan yaitu lepasnya nyawa dalam rangka menegakkan Islam.
Tetapi pemahaman seperti ini sangat asing bagi kebanyakan manusia dewasa
ini termasuk sebagian ummat Islam. Sebab dunia saat ini sedang
didominasi oleh nilai-nilai kaum kuffar. Sedangkan Allah menggambarkan
mereka sebagai berikut:
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
”Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari
kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah
lalai.” (QS ArRum ayat 7)
Kaum kuffar hanya mengerti segala persoalan
yang berkaitan dengan dunia belaka. Sedangkan urusan akhirat sama
sekali tidak mereka perhatikan. Bahkan umumnya mereka melupakan
kehidupan akhirat, jika tidak bisa dikatakan mereka ingkari
keberadaannya. Mengingat bahwa merekalah yang sedang memimpin dunia
secara global dewasa ini maka pengaruh cara berfikir duniawi ini menjadi
pandangan manusia umumnya, termasuk sebagian ummat Islam.

Sepanjang
sejarah Islam kita temukan berbagai catatan bahwa jika pasukan Islam
berhadapan dengan pasukan Kafir, maka kemenangan Muslimin disebabkan
mereka mengharapkan menang mulia atau mati syahid. Tidak ada ruginya
yang manapun yang diperoleh. Namun pasukan kafir mudah dikalahkan karena
mereka sangat takut terluka apalagi menemui kematian di medan perang.
Sehingga Khalid ibnu Walid terkenal dengan ucapannya ketika berhadapan
dengan pasukan Romawi yang jumlahnya berlipat kali dari pasukan Islam,
yaitu:
جِئْتُ بِأُنَاسٍ يُحِبُّونَ الْمَوتَ كَمَا تُحِبُّونَ الْحَيَاة
”Aku datang dengan pasukan yang mencintai kematian sebagaimana kalian (pasukan Romawi) mencintai kehidupan”
Ketika ucapan Khalid sampai ke telinga komandan
pasukan Romawi maka ia langsung mengalami teror mental yang menyebabkan
seluruh pasukannya juga mengalami domoralisasi sehingga mereka berhasil
dikalahkan oleh pasukan Islam yang jumlahnya jauh dibawah jumlah mereka.
Allah Akbar…!!!
Hal ini pula yang disampaikan oleh komandan Brigade
Izzuddin Al-Qossam, sayap militer Hamas, ketika mengeluarkan komunike
pada tanggal 19 Januari 2009 kemarin.

Abu
Ubaidah menyampaikan sederet laporan kemenangan pejuang Palestina dan
kekalahan pasukan Yahudi Zionis Israel. Di antaranya beliau menyebutkan
bahwa 49 tentara Israel berhasil dibunuh dan tiga orang berhasil
ditawan. Namun yang paling menggelikan adalah ketika beliau memberi
kesaksian bahwa pasukan Yahudi dipergoki berperang dengan memakai
pampers…!!! Artinya, mereka sedemikian pengecutnya sehingga harus
mengantisipasi kalau-kalau pasukannya berperang dalam keadaan takut
sampai terkencing-kencing…!
Pasukan Islam dibekali dengan wahyu dan hadits
sebagai motivator penggerak mereka berjuang sehingga mengungguli pasukan
kuffar. Mereka sama-sama mengalami luka di medan perang, namun ada hal
yang diharapkan ioleh pasukan Islam yang sama sekali tidak dimengerti
oleh pihak tentara kafir.
وَلَا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ
كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ
”Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar
mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya
merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya,
sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan.” (QS
An-NIsa ayat 104)

Harapan
seorang prajurit Islam ketika terjun ke medan jihad adalah mati syahid
agar meraih kebahagiaan abadi di akhirat, yaitu surga yang penuh
kenikmatan sejati. Kalaupun ia tidak meraih mati syahid maka ia
mengharapkan untuk kembali bahagia berkumpul dengan keluarganya sambil
membawa pahala, kemenangan dan ghanimah (harta rampasan perang).
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ تَضَمَّنَ اللَّهُ لِمَنْ خَرَجَ فِي سَبِيلِهِ لَا يُخْرِجُهُ
إِلَّا جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَإِيمَانًا بِي وَتَصْدِيقًا بِرُسُلِي
فَهُوَ عَلَيَّ ضَامِنٌ أَنْ أُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ أَوْ أَرْجِعَهُ إِلَى
مَسْكَنِهِ الَّذِي خَرَجَ مِنْهُ نَائِلًا مَا نَالَ مِنْ أَجْرٍ أَوْ
غَنِيمَةٍ
Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam:
“Allah akan menjamin orang yang keluar (berjuang) di jalanNya, seraya
berfirman: “Sesungguhnya orang yang berangkat keluar untuk berjihad di
jalanKu, karena keimanan kepadaKu dan membenarkan (segala ajaran) para
RasulKu, maka ketahuilah bahwa Akulah yang akan menjaminnya untuk masuk
ke dalam surga atau Aku akan mengembalikannya ke tempat tinggal di mana
pertama kali ia keluar dengan membawa pahala dan ghanimah (harta
rampasan).” (HR Muslim 3484)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar